Hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku pada akhir kegiatan pembelajaran, Semua kegiatan pengembangan instruksional dapat dikatakan berhasil atau tidak setelah tingkah laku akhir belajar tersebut dievaluasi. Instrumen evaluasi dikembangkan atas dasar rumusan tujuan dan harus dapat mengukur keberhasilan siswa secara benar dan objektif. Evaluasi dalam kegiatan belajar mengajar ditekankan pada sistem pengajarannya.
Melakukan penilaian akhir atau penilaian sumatif merupakan tes yang diberikan setelah selesai mengikuti program pembelajaran, tes ini hampir sama dengan tes awal bedanya terletak pada waktu dan fungsinya
Tes formatif merupakan tes yang diberikan guru setiap akhir pokok bahasan materi pelajaran, sedang tes sumatif merupakan gong dari penilaian berbagai pokok bahasan, yang diadakan setiap akhir catur wulan. Sementara tes diagnostik berorientasi pada upaya guru untuk mengungkap kesulitan belajar yang dialami peserta didik. Jika tes yang diberikan untuk menempatkan siswa sesuai dengan kemampuan dan karakteristik individualnya maka tes yang tepat adalah tes penempatan.
Penilaian Sumatif
Penilaian sumatif adalah jenis penilaian yang berfungsi untuk menentukan angka kemajuan/hasil belajar siswa. Penilaian sumatifdilakukan untuk menilai hasil belajar siswa jangka panjang dari suatu proses belajar mengajar pada akhir Program pengajaran.
Fungsi tes sumatif tidak lagi untuk memperbaiki proses pembelajaran, sebab guru telah berkali-kali melakukan penilaian formatif pada akhir Kompetensi Dasar. Oleh karena itu,aspek tigkah laku yang dinilai harus meliputi segi kognitif (pengetahuan),psikomotorik (keterampilan) dan afektif (sikap dan nilai.)
Penilaian sumatif dilakukan pada akhir program pengajaran,artinya bahan pengajaran yang menjadisasaran evaluasi cukup luas dan banyak. Oleh karena itu penyusunan soal-soalnya harus didasarkan atas tujuan-tuajun pembelajaran umum atau standar kompetensi dan Kompetensi dasar dan harus representatif. Penilaian sumati bertujuan untuk menentukan angka kemajuan belajar siswa, oleh karenanya penilaian sumatif sangat memperhatikan Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda.
Dalam penilaian sumatif digunakan dua pendekatan, yaitu :
1.1. Pengolahan hasil penilaian sumatif berdasarkan ukuran mutlak (PAP)
Pada dasarnya pengolahan ini membandingkan hasil belajar siswa terhadap suatu patokan yang telah ditetapkan sebelumnya. Patokan yang sudah disepakati sebelumnya biasa disebut Tingkat Penguasaan Minimum atau KKM (kriteria Ketuntasan Minimun)
Jika pengolahan hasil berdasarkan ukuran/kritwria mutlak, maka yang harus dicapai ialah persentase jawaban yang benar yang dicapai oleh setiap siswa. Kemudian angka persentase tersebut diubah ke dalam skala evaluasi yang dikehendaki, umpamanya skala penilaian 1-10.
2. 2. Pengolahan hasil penilaian berdasarkan norma relatif (PAN)
PAN yaitu penilaian yang membandingkan hasil belajar siswa terhadap hasil dalam kelompoknya. Pendekatan yang digunakan “apa adanya”dalam arti bahwa patokan pembanding semata-mata diambil dari kenyataan-kenyataan yang diperoleh pada saat penilaian itu berlangsung.
Untuk mengolah hasil penilaian yang berdasarkan norma relatif, digunakan nilai-nilai yang standar seperti nilai 0-10 (c-score), skla nilai 0-100 (T-score), dll
Pada penilaian sumatif, hasil penilaian biasanya digunakan untuk:
a.Menentukan kenaikan kelas
b.Menentukan angka raport
c.Mengadakan seleksi
d.Menentukan lulus tidaknya siswa
e.Mengetahui status setiap siswa dibandingkan dengan siswa lainnya dalam kelompok yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Tafsir,dkk. Pengembangan Wawasan Profesi Guru, Fakultas Tarbiyah UIN Bandung, 2009
Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islami, Rosdakarya, Bandung: 2006
Ramayuli, Filsafat pendidikan Islam, Kalam Mulia,Jakarta : 2010
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Rosdakarya, Bandung : 2010
Rusman, Model-Model Pembelajaran, Rajawali Pers, Jakarta : 2011
MERANCANG DAN MELAKUKAN PENILAIAN FORMATIF DAN MEREVISI PEMBELAJARAN
Evaluasi atau penilaian merupakan kegiatan pengumpulan kenyataan proses pembelajaran secara sistematis untuk menetapkan apakah terjadi perubahan terhadap peserta didik dan sejauh mana perubahan tersebut mempengaruhi kehidupan peserta didik. Evaluasi adalah proses mengukur dan menilai terhadap suatu objek dengan menampilkan hubungan sebab akibat diantara faktor yang mempengaruhi objek tersebut.
Salah satu peranan penting usaha pengukuran dan penilaian adalah mengarahkan pengambilan keputusan yang berkenaan dengan seluruh aspek dalam kelas baik individu maupun kelompok. Penilaian harus mampu mengidentifikasikan kompetensi-kompetensi mana yang sudah ada dan mana yang belum ada pada peserta didik, yang selanjutnya dipakai sebagai dasar untuk menetapkan isi pengajaran berikutnya yang diperlukan yang juga perlu memberikan laporan tentang hasil belajar. Proses pembelajaran memiliki 3 hal penting, yaitu: input, transformasi dan output.
Input adalah peserta didik yang telah dinilai kemampuannya dan siap menjalani proses pembelajaran. Transformasi adalah segala unsur yang terkait dengan proses pembelajaran, yaitu: guru, media, bahan ajar, metode pengajaran, sarana penunjang dan sistem administrasi. Sedangkan outputnya adalah capaian yang dihasilkan dari proses pembelajaran.
Tujuan diadakan evaluasi atau penilaian, adalah:
Untuk memberikan umpan balik (feedback) kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran dan mengadakan program perbaikan bagi siswa.
Untuk menentukan angka kemajuan (hasil belajar) siswa
Untuk menempatkan siswa dalam situasi pembelajaran yang tepat, sesuai dengan tingkat kemampuan dan karakteristik lainnya yang dimiliki siswa.
Untuk mengenal latar belakang siswa (psikologis, fisik dan lingkungan) siswa yang mengalami kesulitan-kesulitan belajar, dan solusinya.
Prinsip evaluasi atau penilaian, adalah:
Keterpaduan, yaitu evaluasi harus dilakukan dengan prinsip keterpaduan antara tujuan instruksional pengajaran, materi pembelajaran dan metode pengajaran.
Keterlibatan peserta didik
Koherensi, penilaian harus berkaitan dengan dengan materi pengajaran yang telah dipelajari dan sesuai dengan ranah kemampuan peserta didik yang hendak dinilai. Pedagogis, perlu adanya tool penilai dari aspek pedagogis untuk melihat perubahan sikap dan perilaku sehingga pada akhirnya hasil penilaian mampu menjadi motivator bagi diri siswa. Akuntabel, hasil penilaian haruslah menjadi alat akuntabilitas atau bahan pertanggungjawaban bagi pihak yang berkepentingan. Kemampuan awal siswa ditentukan dengan memberikan tes awal, tes yang diberikan kepada siswa ini berfungsi untuk memperoleh informasi tentang kemampuan awal siswa, sebelum mereka mengikuti program pembelajaran yang telah disiapkan. Pengetahuan tentang kemampuan awal siswa juga berguna untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan, misalnya penggunaan metode tertentu, dan pemilihan materi ajar, sehingga siswa tidak menjadi bosan. Kegiatan evaluasi bukan semata-mata membuat soal, tetapi meliputi pengumpulan data mengenai kegiatan proses pelajaran, aktivitas siswa selama proses pembelajaran, memotivator proses pembelajaran, serta mengukur tercapai tidaknya hasil belajar para siswa. Evaluasi merupakan proses kegiatan yang menghasilkan laporan yang kemudian dianalisis untuk memperoleh umpan balik berupa informasi apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai atau belum.
Penilaian Formatif
Penilaian Formatif adalah jenis evaluasi yang fungsinya untuk memperbaiki proses belajar mengajar.penilaian formatif ini dilakukan untuk menilai hasil belajar jangka pendek dari suatu proses pembelajaran pada akhir unit pelajaran yang singkat, seperti satu Kompetensi Dasar, sebab perbaikan atas proses pembelajaran itu hanya mungkin dilakukan secara sistematis dan bertahap. Maka aspek tingkah laku yang dinilai cenderung terbatas pada segi kognitif (pengetahuan) dan segi psikomotorik (keterampilan) yang terkandung dalam indikator atau TIK. Untuk menilai segi afektif (sikap dan nilai), maka penggunaan penilaian formatif tidaklah tepat. Sebab untuk menilai perkembangan dari segi afektif diperlukan metode pendidikan yang cukaup panjang.
Soal tes pada penilaian formatif harus disusun sedemikian rupa, sehingga benar-benar mengukur tujuan yang hendak dicapai. Oleh karenanya soal merupakan pertanyaan yang berbentuk penjabaran langsung dari tujuan instruksional. Pada penilaian formatif tingkat kesukaran dan daya pembeda tidak begitu penting. Pada penilaian Formatif sasaran penilaiannya dalah kecakapan nyata setiap siswa. Oleh karena itu pendekatan dalam penilaian formatif adalah evaluasi yang bersumber pada kriteria mutlak.
Ada beberapa cara pengolahan hasil evaluasi pada penilaian formatif, yaitu :
Menghitung angka persentase siswa yang gagal dalam setiap soal.
Menghitung persentase penguasaan kelas atau bahan yang telah disajikan.
Menghitung persentase jawaban yang benar yang dicapai setiap siswa dalam tes secara keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Tafsir,dkk. Pengembangan Wawasan Profesi Guru, Fakultas Tarbiyah UIN Bandung, 2009
Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islami, Rosdakarya, Bandung: 2006
Ramayuli, Filsafat pendidikan Islam, Kalam Mulia,Jakarta : 2010
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Rosdakarya, Bandung : 2010
Rusman, Model-Model Pembelajaran, Rajawali Pers, Jakarta : 2011
MENGEMBANGKAN STRATEGI INSTRUKSIONAL/PEMBELAJARAN DAN MENGEMBANGKAN DAN MEMILIH BAHAN INSTRUKSIONAL/PEMBELAJARAN
Model pembelajaran merupakan suatu cara yang sistematis dalam mengidentifikasi, mengembangkan dan mengevaluasi seperangkat materi dan strategi yang diarahkan untuk mencapai tujuan.
Strategi Instruksional/Pembelajaran merupakan pendekatan yang dipakai untuk memilih sumber-sumber dan menentukan tugas/peran siswa dalam kegiatan belajar-mengajar, yaitu guru harus menentukan cara untuk mencapai tujuan instruksional dengan sebaik-baiknya.
Tahap I : Ekspositori (15 menit)
Tahap II : Demonstrasi (20 menit)
Tahap III : Latihan Praktik (40 menit)
Tahap IV : Diskusi dan review (15 menit)
Bahan/ materi pada dasarnya adalah isi dari kurikulum, yakni berupa pengalaman belajar dalam bentuk topik/subtopik dan rinciannya. Isi materi berbeda-beda menurut bidang studi, sekolah, tingkatan, dan kelasnya. Namun, isi materi harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Menentukan materi/bahan ajar yang sesuai dengan tujuan instruksional khusus (indikator). Masalah yang banyak dihadapi guru adalah materi atau bahan ajar banyat tetapi waktu terbatas, kemudian terdapat kesulitan dalam mengorganisasikan materi/ bahan ajar yang akan disajikan kepada siswa, Dalam hal ini diperlukan ketepatan guru dalam memilih dan memilah sumber belajar, materi, media, dan prosedur pembelajaran yang akan digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Tafsir,dkk. Pengembangan Wawasan Profesi Guru, Fakultas Tarbiyah UIN Bandung, 2009
Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islami, Rosdakarya, Bandung: 2006
Ramayuli, Filsafat pendidikan Islam, Kalam Mulia,Jakarta : 2010
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Rosdakarya, Bandung : 2010
Rusman, Model-Model Pembelajaran, Rajawali Pers, Jakarta : 2011
MENULIS TUJUAN KINERJA/ KOMPETENSI DASAR (KD) DAN MENGEMBANGKAN BUTIR TES ACUAN PATOKAN
Pengembangan kualitas guru merupakan suatu proses yang kompleks, dan melibatkan berbagai faktor yang saling terkait. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya tidak hanya menuntut keterampilan tekhnis dari para ahli terhadap pengembangan kompetensi guru, tetapi harus pula difahami berbagai faktor yang mempengaruhinya.
Guru dituntut untuk menjadi ahli penyebar informasi yang baik, karena tugas utamanya antara lain menyampaikan informasi kepada peserta didik. Guru juga berperan sebagai perencana (designer), pelaksana (implementer), dan penilai (evaluator) pembelajaran.
Tujuan pembelajaran merupakan suatu target yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran. Dalam tujuan pembelajaran merumuskan kemampuan yang harus dimiliki siswa pada tingkat jenjang belajar tertentu, sehingga setelah selesai pokok bahasan tertentu siswa dapat memiliki kemampuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Dalam merumuskan tujuan Instruksional haruslah jelas dan operasional tentang kemampuan atau kompetensi yang diharapkan dimiliki siswa setelah mengikuti suatu program pembelajaran. Kemampuan-kemampuan atau kompetensi tersebut harus dirumuskan secara spesifik dan terukur sehingga dapat diamati dan dievaluasi.
Contoh :
Standar Kompetensi (Akhlaq) : Membiasakan Perilaku Terpuji
Kompetensi Dasar (KD)
Menjelaskan pengertian qona’ah dan Tasamuh
Menampilkan perilaku Qona’ah dan Tasamuh
Membiasakan perilaku Qona’ah dan Tasamuh dalam kehidupan
Tujuan Pembelajaran :
Siswa dapat menjelaskan pengertian Qonaah.
Siswa dapat menjelaskan pengertian Tasamuh
Siswa dapat menjelaskan hikmah qonaah dan tasamuh
Siswa dapat menyebutkan dalil naqli tentang tasamuh
Siswa dapat menunjukkan contoh perilaku atau sikap Qonaah.
Siswa dapat menunjukkan contoh perilaku atau sikap tasamuh.
Siswa dapat membiasakan perilaku Qonaah dalam kehidupan sehari-hari.
Siswa dapat membiasakan perilaku Tasamuh dalam kehidupan sehari-hari
Setelah tujuan pembelajaran dirumuskan, langkah selanjutnya adalah mengembangkan alat evaluasi, yaitu tes yang fungsinya untuk menilai sejauh mana siswa menguasai kemampuan atau kompetensi yang telah dirumuskan dalam tujuan pembelajaran.
Dalam mengembangkan alat evaluasi ini diperlukan terlebih dahulu jenis-jenis tes dan bentuk-bentuk tes yang akan digunakan. Apakah jenis tes tertulis, lisan atau perbuatan. Kemudian bentuk tes yang digunakan apakah pilihan ganda (multipe choice), essai, BS atau menjodohkan.
Jelaskan pengertian Qonaah !
Jelaskan pengertian Tasamuh !
Jelaskan hikmah Qonaah dan tasamuh !
Sebutkan dalil naqli tentang Tasaamuh !
Berikan contoh perilaku atau sikap qona’ah !
Berikan contoh perilaku atau sikap Tasamuh!
Biasakanlah perilaku qona’ah dalam kehidupan sehari-hari !
Biasakan perilaku Tasamuh dalam kehidupan sehari-hari
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Tafsir,dkk. Pengembangan Wawasan Profesi Guru, Fakultas Tarbiyah UIN Bandung, 2009
Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islami, Rosdakarya, Bandung: 2006
Ramayuli, Filsafat pendidikan Islam, Kalam Mulia,Jakarta : 2010
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Rosdakarya, Bandung : 2010
Rusman, Model-Model Pembelajaran, Rajawali Pers, Jakarta : 2011
STRATEGI PEMBELAJARAN DENGAN MEMBERDAYAKAN KECERDASAN UNTUK MENCAPAI HASIL BELAJAR YANG OPTIMAL
(Diadaptasi dari Zulfani Sesmiarni, M.Pd)
•A. Pendahuluan
Salah satu bidang kawasan Teknologi Pembelajaran yang menentukan keberhasilan proses belajar mengajar adalah perancangan. Sells (1994:32) menegaskan bahwa perancangan adalah penentuan kondisi untuk belajar dengan tujuan untuk menghasilkan strategi yang sesuai dengan sasaran akhir yang ingin dicapai. Dari kutipan tersebut terlihat bahwa untuk mencapai tujuan yang optimal diperlukan suatu perancangan yang baik sebagai pendukung suasana belajar yang diinginkan. Dalam hal ini strategi yang baik juga sangat menentukan untuk pencapaian tujuan yang ditetapkan.
Stretegi pembelajaran merupakan langkah-langkah untuk penentuan dan pengurutan kondisi dalam kegiatan pembelajaran. Strategi pembelajaran berinteraksi dengan situasi belajar. Strategi pembelajaran merupakan suatu pendekatan dalam mengorganisasikan komponen-komponen pembelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Strategi pembelajaran yang baik adalah strategi yang mampu mengkondisikan segala aspek perbedaan peserta didik baik yang menyangkut kecerdasan, perbedaan individu, latar belakang, kemampuan dan segala aspek yang ada pada anak didik. Dewasa ini di persekolahan kemampuan otak siswa kadang kurang diperhatikan padahal kemampuan otak manusia adalah tidak terbatas. Namun banyak orang yang tidak mampu mengolahnya sampai kepada penggunaan yang optimal, sehingga hasil yang dicapai juga kurang maksimal. Hal ini disebabkan karena strategi pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran kurang merangsang kepada penggunaan otak secara keseluruhan.
Kenyataan di lapangan banyak siswa yang sebenarnya memiliki kecerdasan yang tinggi namun tidak dapat diberdayakan sebaik mungkin, sehingga dalam belajar ia tidak mencapai hasil belajar yang baik. Ada anak yang memiliki kecerdasan tinggi namun karena strategi pembelajaran yang kurang sesuai dengan perkembangannya menjadikan pebelajar tersebut berada di tingkat bawah. Namun sebaliknya ada anak yang memiliki kecerdasan menengah dapat berhasil dalam pembelajaran karena strategi pembelajaran yang digunakan sesuai dengan kebutuhannya.
Secara umum cara anak belajar menurut Schmith adalah sebagai berikut :
- anak- anak belajar sambil bermain
-Anak-anak belajar melalui pengalaman langsung, melihat, menyentuh,meraba, mencium,
- anak-anaka belajar berkomunikasi dengan mengobrol
- anak-anak belajar dengan mencoba memecahkan masalah sungguhan
- anak-anak tahu bahwa menyelidik dan menjelajah bermanfaat bagi mereka
Dari kutipan tersebut terlihat tentang cara-cara anak dalam belajar. Jadi untuk menjadikan anak sukses belajar maka strategi yang diciptakan juga harus mempedomani tentang bagai mana cara anak sebenarnya belajar. Penekanan yang paling penting adalah kondisikan anak saat belajar benar-benar seperti apa kenyatannya. Sesuai dengan prinsip mereka belajar. Dan buatlah strategi pembelajaran yang melibatkan semua aspek pengalaman anak didik.
Strategi pembelajaran yang baik adalah yang mampu mengatasi segala sesuatu penghambat dalam suatu pembelajaran. Sehubungan dengan hal ini De Poter (2000:5) menegaskan bahwa ” menyingkirkan hambatan yang menghalangi proses belajar alamiah dengan secara sengaja menggunakan musik, mewarnai lingkungan sekeliling, menyusun bahan pengajaran yang sesuai, cara efektif penyajian dan keterlibatan aktif” dari penjelasan tersebut dapat diulas bahwa hambatan dalam proses pembelajaran dapat diatasi dengan mempertimbangkan strategi yang memuat unsur-unsur musik, warna, bahan ajar dan lain sebagainya.
Perkembangan kecerdasan pada seseorang sesuai dengan rangsangan yang diberikan. Artinya jika menginginkan kondisi kecerdasan yang maksimal maka seseorang guru harus mampu menciptakan strategi pembelajaran yang sesuai dengan tingkat kecerdasannya. Guru harus mampu merancang suatu strategi yang mampu melibatkan seluruh kecerdasan yang ada pada peserta didiknya. Namun pada saat ini strategi yang ada masih menekaankan pada satu atau dua aspek kecerdasan.
Sebagai bidang kawasan maka perancangan yang menyangkut strategi pembelajaran tidak dapat dipisahkan dengan teori motivasi, belajar dan lainnya. Hal ini penting karena strategi pembelajaran adalah menyangkut segala sesuatu yang dilakukan untuk memberdayakan orang untuk belajar. Teori motivasi penting karena akan menyangkut erat pada saat pelaksanakaan baik yang menyangkut perbedaan individu, kondisi siswa dan lain sebagainya yang juga patut untuk dipertimbangkan.
Strategi pembelajaran yang sering digunakan guru pada saat ini belum mampu mencapai tujuan yang diinginkan. Hal ini disebabkan karena srategi pembelajaran yang digunakan guru belum berbasis kepada berbagai jenis kecerdasan yang ada pada seseorang. Kecerdasan yang dimiliki oleh seseorang perlu dirangsang karena ia akan berhubungan dengan kecerdasan lainnya.
Melihat fenomena di atas, maka penulis tertarik membuat makalah ini dengan judul strategi pembelajaran dengan memberdayakan kecerdasan untuk mencapai hasil belajar yang optimal.
•B. Pembahasan
•1. Jenis Kecerdasan yang Mendasar pada Anak Didik
Dari berbagai hasil penelitian maka ada berbagai jenis kecerdasan yang digunakan oleh manusia untuk mencapai kesuksesan. Menurut Gardner, kecerdasan tidak hanya berupa IQ saja namun kecerdasan merupakan sekumpulan kepingan kemampuan yang ada beragam pada bagian otak. Kemampuan kecerdasan dapat ditingkatkan dan dimanfaatkan jika dapat dibina dan dipelihara dalam lingkungan yang tepat.
Menurut Gardner ada setidaknya tujuh jenis kecerdasan utama dalam diri manusia diantaranya adalah sebagai berikut :
Kecerdasan Linguistik
Kecerdasan ini merupakan kemampuan menggunakan kata secara efektif, baik lisan maupun tertulis. Selain itu kecerdasan ini juga meliputi kemampuan memanipulasi struktur bahasa, fonologi atau bunyi bahasa, sematik atau makana bahasa, dimensi pragmatic atau penggunaan praktis bahasa, mnemonic atau hafalan, eksplanasi dan metabahasa.
Ciri-ciri seseorang yang memiliki kecerdasan ini adalah suka menulis kreatif, suka mengarang kisah khayal atau menutur lelucon, sangat hafal nama, tempat, tanggal atau hal-hal lain kecil. Selain itu ciri lain dari seseorang yang memiliki kecerdasan ini adalah membaca di waktu senggang, mengeja kata dengan tepat dan mudah, menyukai pantun lelucon, suka mengisi TTS, meningmati dengan mendengarkan, memiliki kosa kata yang luas dan unggul dalam mata pelajaran bahasa.
Kecerdasan matematis-Logis,
Kecerdasan ini merupakan kemampuan menggunakan angka dengan baik dan melakukan penalaran yang benar. Kecerdasan ini juga meliputi kepekaan terhadap pola dan hubungan logis, pernyataan dan dalil, fungsi logika dan kemampuan abstraksi lainnya.
Adapun ciri-ciri dari seseorang yang memiliki kecerdasan ini adalah dapat menghitung problema aritmetika dengan cepat di luar kepala. Kemudian mampu menikmati penggunaan bahasa komputer atau program software logika. Suka mengajukan pertanyaan yang bersifat analisis, misalnya mengapa hujan turun? dimana ujung langit dan sebagainya. Ahli dalam permainan strategi, suka merancang eksperimen untuk pembuktian sesuatu. Orang yang memiliki kecerdasan ini umumnya menghabiskan waktu dengan permainan logika dan suka menyusun dalam kategori atau hirarki.
Kecerdasan Spasial
Kecerdasan spasial merupakan kemampuan mengekspresikan dunia spasial secara akurat dan kemampuan mentransformasikan persepsi dunia visual tersebut dalam berbagai aspek kehidupan. Adapun ciri-ciri dari seseorang yang memiliki kecerdasan ini adalah sebagai berikut : mampu memberikan gambaran visual yang jelas ketika menjelaskan sesuatu, mudah membaca peta, grafik dan diagram. Selain itu mampu menggambar sosok orang atau benda persis ahlinya. Senang melihat film, slide, foto dan karya seni lainnya. Sangat suka melamun dan berfantasi dan banyak lagi ciri-ciri seseorang yang memiliki kecerdasan spasial ini.
Kecerdasan Kinestetik Jasmani
Kecerdasan ini adalah keahlian mengggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan, keterampilan menggunakan tangan untuk menciptakan sesuatu, dan kemampuan fisik. Adapun ciri-ciri dari seseorang yang memiliki kecerdasan ini adalah sebagai berikut : orangnya banyak bergerak ketika sedang duduk atau mendengarkan sesuatu, aktif dalam kegiatan fisik. Selain itu dapat menikmati kegiatan melompat, lari, gulat dan kegiatan fisik lainnya. Mampu memperlihatkan keterampilan dalam bidang kerajinan tangan, pandai meniru gerakan, kebiasaan, atau perilaku orang lain. Mampu bereaksi secara fisik terhadap jawaban masalah yang dihadapi. Menikmati kegiatan dengan tanah liat, melukis dengan jari dan suka membongkar berbagai benda kemudian menyusun lagi.
Kecerdasan Musikal
Adalah kemampuan mengekspresikan berbagai bentuk musical, membedakan, mengubah dan mengekspresikannya. Kecerdasan ini juga meliputi kepekaan terhadap irama, pola nada atau melodi dan warna nada. Adapun ciri-ciri dari seseorang yang memiiki kecerdasan musical adalah suka memainkan alat musik di rumah dan di sekolah, mudah mengingat melodi suatu lagu. Orang yang memiliki kecerdasan ini suka belajar dengan iringan musik, suka mengoleksi kaset-kaset atau CD lagu-lagu, bernyanyi atau bersenandung untuk diri sendiri atau untuk orang lain. Mudah mengikuti irama, mempunyai suara yang bagus untuk bernyanyi. Peka terhadap bunyi-bunyian di lingkungannya.
Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan ini adalah kemampuan memersepsi dan membedakan suasana hati, maksud, motivasi serta perasaan orang lain. Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap ekspresi wajah, gerak isyarat, kemampuan membedakan berbagai macam tanda interpersonal, dan kemampuan mempengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu.
Ciri-ciri seseorang yang memiliki kecerdasan ini adalah : mempunyai banyak teman, suka bersosialisasi di lingkungannya. Orangnya sangat mengenali lingkungannya, banyak terlibat dalam kegiatan kelompok. Orangnya mampu berperan sebegai penengah ketika terjadi pertikaian. Mampu menikmati berbagai macam kelompok. Sangat suka menikmati pekerjaan mengajari orang lain. Dan berbakat menjadi pemimpin dan berprestasi dalam mata pelajaran ilmu social.
Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan ini adalah kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut. Selain itu kecerdasan ini juga meliputi kesadaran akan suasana hati, maksud, motivasi, keinginan, berdisiplin diri dan kemampuan menghargai diri.
Adapun ciri-ciri orang yang memilki kecerdasan ini adalah memperlihatkan sikap independen dan kemampuan kuat, bersikap realistis terhadap kekuatan dan kelemahannya. Memberikan reaksi keras terhadap topic-topik kontraversial dengan dirinya. Memeiliki kecendrungan pandangan yang lain, banyak belajar dari masa lalu. Mampu dengan tepat mengekpresikan perasaannya. Mampu berfikir fokus dan terarah pada pencapaian tujuan.
Kecerdasan Naturalistik
Adalah keahlian mengenali dan mengategorikan spesies flora dan fauna di lingkungan sekitar. Adapun ciri-ciri dari seseorang yang memilki kecerdasan ini adalah suka dan akrab dengan berbagai hewan peliharaan, sangat suka menikmati berjalan-jalan di alam. Mampu menunjukan kepekaan terhadap fenomena alam, suka berkebun. Menghabiskan waktu dekat akuarium, mencatat berbagai fenomena alam.
•2. Pentingnya Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran untuk kegiatan proses pembelajaran memenggang peranan yang menentukan karena tercapai atau tidaknya tujuan yang ingin dicapai sangat ditentukan oleh strategi yang digunakan. Strategi pembelajaran mencakup berbagai metode yang digunakan, media, prosedur dan teknik yang dipakai untuk menyampaikan materi kepada peserta didik. Sehubungan dengan hal ini Sudjana (1991:16) menyatakan bahwa
Strategi pembelajaran adalah setiap kegiatan baik prosedur, langkah, maupun metode dan teknik yang dipakai agar dapat memberikan kemudahan, fasilitas dan atau bantuan lain kepada siswa untuk mencapai tujuan instruksional.
Dari pendapat tersebut terlihat bahwa strategi pembelajaran mencakup berbagai aspek untuk pencapaian tujuan pembelajaran yang diinginkan. Sehingga pentingnya strategi tergantung kepada materi dan tujuan apa yang diinginkan. Selain itu strategi yang digunakan harus juga disesuaikan dengan karakteristik siswa, lingkungan dan materi yang akan dibahas. Sehungan dengan hal ini maka Gulo (2002:83) menegaskan bahwa:
Strategi belajar mengajar yang efektif untuk mencapai tujuan tertentu itu tergantung pada kondisi masing-masing unsur yang terlibat dalam proses belajar mengajar secara faktual kemampuan siswa, guru, materi, sumber belajar, media, faktor logistik, tujuan yang ingin dicapai adalah unsur pembelajaran yang berbeda di setiap tempat danm waktu.
Sesuai dengan uraian tersebut strategi pembelajaran berguna untuk pencapaian tujuan instruksional yang diinginkan. Selain itu strategi pembelajaran apada umumnya dirancang oleh guru sesuai dengan kebutuhan mata pelajaran yang dikelolanya. Sesungguhnya pendekatan ini sudah baik bila dilakukan secara baik dan benar.
•3. Strategi Pembelajaran dengan Memberdayakan Kecerdasan
Vygoesky dan ahli pandangan kontruktifisme menyatakan bahwa segala seseuatu akan bermakna bagi anak, apabila ia melakukannya dengan menemukannya sendiri, melalui interaksi aktif dengan lingkungannya. Guru hanya berfungsi sebagai fasilitator saja. Sehingga untuk itu diperlukan beberapa implikasi dari teori tersebut adalah :
a. Kurikulum pendidikan harus memberikan peluang bagi perkembangan semua aspek perkembangan anak baik perkembangan fisik, emosi, sosial, dan kongrit melalui suatu pendekatan yang interaktif
b. Peristiwa belajar harus dipandang sebagai proses interaktif dimana guru memfasilitasi suatu lingkungan belajar yang memungkinkan anak belajar melalui interaksi aktif baik dengan guru, teman sebaya atau media belajar dan anak menggali serta menemukan sendiri pemahaman guru akan konsep yang dipelajarinya
c. Kegiatan dan media pembelajaran harus konkrit, nyata, beragam dan relevan dengan kehidupan anak.
d. Guru harus memberikan empiris belajar yang variatif, memberikan tantangan, meningkatkan kemmpuan anak segera setelah kemajuan anak terlihat meningkat
e. Perencanaan pembelajaran harus didasarkan hasil observasi dan tingkat perkembangan anak yang dilakukan oleh guru.
Mengingat implikasi tersebut teknologi pembelajaran berperan dalam upaya penelitian dan pengembangan secara terus menerus tentang strategi pembelajaran yang tepat. Hal ini meliputi penelitian dan pengembangan terghadap metode, media, sistem asessment dan lingkungan belajar. Untuk dapat menerapkan strategi yang mampu memberdayakan kemampuan kecerdasan maka pendidik harus kreatif dan inovatif dalam menyikapi hal ini. Strategi yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan kecerdasan peserta didiknya.
Untuk melihat kemampuan anak didk maka ada sejumlah pendidik inovatif di banyak negara yang menempatkan teknik-teknik CBC untuk merangsang pikiran anak didik dengan asumsi sebagai berikut :
1) Para siswa peratama-tama harus belajar bagaimana belajar dan belajar bagaimana berfikir
2) Belajar harus menyenangkan di samping membangun percaya diri
3) Pengetahuan harus disampaikan dengan pendekatan multi sensori dan multi model dengan m,enggunakan berbagai bentuk kecerdasan
4) Orang tua khususnya dan masyarakat umumnya harus terlibat sepenuhnya dalam pendidikan anak-anak
5) Sekolah harus mnjadi persiapan sebenar-benarnya bagi dunia yang nyata
6) Prinsi-prinsip manajemen kualitas total dalam bisnis harus mengilhami dunia persekolahan
(Colin Rose: 2002: 328)
Dengan adanya asumsi tersebut maka seorang guru agar mampu merangsang penggunaan kecerdasan majemuk pada siswanya. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara diantaranya adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, demokratis dan antusias. Selain itu peran orang tua dan masyarakat juga sangat menentukan dalam keberhasilan strategi ini.
Strategi pembelajaran dengan memberdayakan kecerdasan pada hakekatnya adalah upaya mengoptimalkan kecerdasan majemuk yang dimiliki setiap individu untuk mencapai kompetensi tertentu yang dituntut kurikulum. Dengan menggunakan teori kecerdasan majemuk memungkinkan guru mengembangkan strategi pembelajaran inovatif yang relatif baru dalam dunia pendidikan. Meskipun demikian tidak ada rangkaian strategi pembelajaran yang bekerja secara efektif untuk semua siswa.
Setiap siswa memiliki kecendrungan tertentu pada kedelapan kecerdasan yang ada. Oleh karena itu suatu strategi mungkin akan efektif apada kelompok siswa, tetapi akan gagal bila diterapkan padakelompok lain. Dengan dasar seperti inilah sudah seharusnya guru memperhatikan jenis kecerdasan yang menonjol pada masing-masing siswa agar dapat menetukan strategi pembelajaran yang tepat untuk mengoptimalkan potensi yang ada dalam dirinya.
Strategi pembelajaran ini pada prakteknya adalah memacu kecerdasan yang menonjol pada diri siswa seoptimal mungkin dan berupaya mempertahankan kecerdasan lainnya pada standar minimal yang ditentukan oleh lembaga atau sekolah. Dengan demikian penggunaan strategi ini tetap berada pada posisi yang selalu menguntungkan bagi siswa akan keluar sebagai individu yang memiliki jati diri, yang potensial pada salah satu atau lebih dari delapan jenis kecerdasan yang dimilikinya.
•4. Langkah Penerapan Strategi Pembelajaran dengan Memberdayakan Kecerdasan
Untuk dapat menerapkan strategi ini disekolah maka guru harus mampu terlebih dahulu mengenal hal-hal yang terkait dengan kecerdasan yang dimilki pebelajarnya untuk itu pengenalan lebih awal tentang kecerdasan yang dimilki anak itu penting. Untuk itu dalam penerapan strategi ini ada dua tahapan yang harus dilkukan untuk memperoleh hasil yang optimal yaitu :
1. Memberdayakan semua jenis kecerdasan pada setiap mata pelajaran
Cara ini adalah dengan memberdayakan semua jenis kecerdasan majemuk yang ada pada setiap mata pelajaran adalah menginput informasi melalui delapan jalur ke dalam otak memori siswa. Secara empirik untuk menerapakan strategi pembelajaran ini dapat dimulai dengan melakukan reposisi pada kurikulum yang ada. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengubah tujuan intruksional khusus yang ada menjadi kompetensi yang diharapkan. Dengan demikian setiap TIK atau pokok bahasan dituntut untuk memberadayakan semua atau sebagian besar jenis kecerdasan yang ada.
Contoh yang dapat diambil adalah pada mata pelajaran bahasa yang dominan dengan kecerdasan linguistik, TIKnya berbunyi “siswa dapat membacakan puisi dengan intonasi yang benar di depan kelas”. Bila siswa melakukan semua itu benar, maka kecerdasan yang terlibat meliputi : kecerdasan linguistik, matematis, spasial terbatas dan kinestetis. Akan tetapi bila TIK diubah menjadi “siswa dapat membacakan puisinya dengan intonasi yang baik dan benar di halaman sekolah atau pada acara tertentu” maka kecerdasan yang terlibat akan lebih banyak lagi yaitu : kecerdasan linguistik, matematis, sapsial, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, dan naturalistik. Sehingga kadar belajar yang diperoleh siswa akan jauh lebih tinggi dibandingkan bila hanya membacakan puisinya di depan kelas.
Pemikiran kreatif seperti inilah yang dituntut pada setiap guru bila ingin menerapkan strategi pembelajaran ini. Dengan strategi pembelajaran dengan menggunakan kecerdasan ini akan ada perubahan dalam sikap belajar siswa. Siswa terlihat lebih aktif, percaya diri, dan kreatif dalam banyak hal.
2. Mengoptimalkan pencapaian mata pelajaran tertentu berdasarkan kecerdasan yang menonjol pada masing-masing siswa
Cara kedua ini dapat ditempuh jika guru telah mengetahui kecerdasan apa yang lebih menonjol pada setiap siswa. Untuk itu guru terlebih dahulu harus bisa mengetahui kecerdasan apa saja yang dimilki anak. Penerapan tahap ini lebih bersifat personal atau individual. Siswa yang memilki kecerdasan linguistik misalnya, akan dioptimalkan pencapaian hasil belajarnyapada mata pelajaran bahasa dan sastra. Sedangkan mereka yang mempunyai kecerdasan matematis dan logis lebih cendrung diarahkan pada pencapaian hasil belajar matematikanya seoptimal mungkin. Bagi mereka yang memiliki kecerdasan kinestetik jasmani akan menghasilkan sesuatu yang optimal bila diizinkan belajar dengan cara melakukan gerakan tertentu. Demikian seterusnya guru harus mampu menyesuaikan antara kecerdasan yang menonjol dengan hasil belajar yang akan dicapainya.
Dari uraian tersebut adalah contoh bagaimana strategi pembelajaran dengan memberadayakan kecerdasan diimplementasikan dalam pembelajaran di sekolah. Khususnya untuk mencapai setiap kompetensi yang telah ditetapkan dalam sebuah kurikulum. Sangat jelas bagaimana guru berupaya menjadikan siswanya sebagai sang juara pada bidang tertentu sesuai dengan kecerdasan yang dimilikinya. Siswa tidak hanya mengetahui konsep pengetahuan semata, tetapi ia juga dapat menerapkan pengetahuannya dalam berbagi aspek kehidupan. Dengan kata lain tidak ada yang mustahil bila kita ingin melakukan sesuatu perubahan dalam strategi pembelajaran yang kita gunakan.
•C. Penutup
Kecerdasan yang ada pada setiap manusia ada sebanyak delapan jenis kecerdasan mulai dari kecerdasan linguistik, matematis-logis, spasial, kinestetik-jasmani, musikal, interpersonal dan intrapersonal serta kecerdasan naturalistik.Strategi pembelajaran pada umumnya dirancang oleh guru sesuai dengan kebutuhan mata pelajaran yang dikelolanya. Sesungguhnya pendekatan ini sudah baik bila dilakukan secara baik dan benar. Strategi pembelajaran memengang perana yang menetukan dalam setiap proses pembelajaran.
Strategi pembelajaran memberdayakan kecerdasan ini pada prakteknya adalah memacu kecerdasan yang menonjol pada diri siswa seoptimal mungkin dan berupaya mempertahankan kecerdasan lainnyapada standar minimal yang ditentukan oleh lembaga atau sekolah. Strategi pembelajaran dengan memberadayakan kecerdasan diimplementasikan dalam pembelajaran di sekolah. Khususnya untuk mencapai setiap kompetensi yang telah ditetapkan dalam sebuah kurikulum. Seharusnya guru mengenal kecerdasan yang menonjol pada setiap siswa sehingga strategi yang digunakan untuk pencapaian hasil belajar sesuai dengan kemampuan kecerdasan yang dimilkinya.
Sebaiknya guru dapat menerapkan stretegi ini untuk menjadikan anak didik memilki jati diri mereka yang sesungguhnya, sehingga mereka akan berdaya guna dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam penerapan strategi pembelajaran dengan memberdayakan kecerdasan sangat diperlukan kretifitas dari guru untuk dapat menciptakan suasana yang dapat memotivasi dan merangsang kecerdasan pada setiap individu siswa. Dalam prakteknya strategi ini akan mampu melihat tingkat penguasaan materi oleh siswa sehingga guru harus dapat membuat evaluasi hasil belajar sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
•D. Daftar Pustaka
De Porter, Bobbi & Mike Hernacki. (2000). Quantum Learning, Bandung: Kaifa
Dryden, Gordon and Jeannette Vos. (1999). Revolusi Cara Belajar I. Bandung: Kaifa
Schmidt, Laurel. (2002). Jalan Pintas Menjadi 7 Kali Lebih Cerdas. Bandung : Kaifa
Sells, Barbara dan Rita C. Richey. (1994). Teknologi Pembelajaran. WashingtonDC : AECT
Stine, Jean Marie. (2002). Doubel Your Brain Power. Jakarta : Ikrar Mandiriabadi